PR Bahasa Indonesia Analisis Novel Putus Dirundung Malang
PR Bahasa Indonesia Analisis Novel Putus Dirundung Malang
Judul : Tak Putus Dirundung Malang
Penulis : S. Takdir Alisjahbana
Penerbit : Balai Pustaka, 1929
Angkatan : tahun 20-an
Tema : kehidupan
Latar :
- Waktu : siang hari, malam hari
- Tempat : dusun Ketahun, Bengkulu
- Suasana : mengharukan
Judul : Tak Putus Dirundung Malang
Penulis : S. Takdir Alisjahbana
Penerbit : Balai Pustaka, 1929
Angkatan : tahun 20-an
Tema : kehidupan
Latar :
- Waktu : siang hari, malam hari
- Tempat : dusun Ketahun, Bengkulu
- Suasana : mengharukan
Penokohan :
- Syahbudin : penyayang, bijaksana
- Mansur : penyayang, penyabar, pekerja keras
- Laminah : penyayang, mudah stres
- Uncu Jepisah : baik hati, bijaksana, penyayang
- Madang : penyayang, keras kepala
- Datuk Halim : penyayang, ramah
- Seripah : penyayang, ramah, baik hati
- Sarmin : egois, pemalas
- Darwis : bermuka dua, egois, keras kepala
Alur : maju
Gaya bahasa : kata kiasan, Melayu
Amanat : Meskipun kehidupan kita dilanda banyak masalah, kita tetap harus bersabar dalam menjalani kehidupan.
Sinopsis :
Mansur yang baru berumur 8 tahun dan adiknya Laminah yang baru 7 tahun merupakan anak dari keluarga miskin. Di tengah kemiskinan itu, rumah mereka terbakar dan membuat keluarganya semakin jatuh miskin. Mereka pun pada akhirnya menjadi yatim piatu setelah Ibunya dan Ayahnya, Syahbudin, terserang penyakit mematikan ketika ia hendak mencari uang ke luar daerah.
Setelah kedua orang tuanya tiada, kini mulailah penderitaan kakak beradik itu. Pada awalnya, Mansur dan Laminah tinggal bersama keluarga Bibinya, Uncu Jepisah. Mula-mula perlakuan Jepisah dan suaminya, Madang, terhadap Mansur dan Laminah sangatlah baik. Namun suatu ketika, perlakuan Madangnya yang tak dapat menahan amarah membuat Mansur dan Laminah tak tahan lagi dan memilih keluar dari keluarga bibinya.
Mereka mulai mengembara ke Bangakahulu, dan bertemu dengan Datuk Halim dan istrinya, Seripah. Mereka merawat Mansur dan Laminah seperti layaknya yatim piatu. Karena merasa tak enak hati, Mansur dan Laminah mencari kerja dan mereka pun diterima di toko roti. Tetapi tak lama setelah memulai kerjanya, seorang lelaki kuli kontrak, Sarmin, hendak mengganggu Laminah hingga mereka tak tahan lagi dan keluar dari pekerjaan tersebut.
Setelah keluar dari toko roti, Mansur dan Laminah bekerja pada keluarga orang Jepang. Namun ternyata nasib keduanya tidak baik lagi. Mansyur difitnah mencuri uang milik majikannya itu, sehingga Mansur ditahan di penjara, dan tinggallah Laminah seorang diri. Ia begitu terpukul atas kejadian tersebut.
Laminah hanya dapat merenung setiap hari, hingga pada suatu malam datanglah Darwis, temannya dulu sewaktu bekerja di toko roti, yang ternyata datang hanya untuk menyakitinya. Laminah berlari dari kejarannya hingga ke tepi pelabuhan. Tak tahan dengan segala penderitaan yang dirasakannya, Laminah pun menceburkan diri ke Laut Bangkahulu.
Tak lama setelah kejadian itu, Mansur akhirnya dikeluarkan dari penjara karena dinyatakan tidak bersalah. Kabar mengenai kematian adiknya pun terdengar olehnya. Sekarang Mansur hanya hidup sendiri setelah ditinggal mati Ibu, Ayah dan Adiknya. Ia tetap berusaha bersabar menjalani hidupnya, dan memilih untuk merantau sebagai anak buah kapal.
Lama-kelamaan, Mansyur pun juga merasa putus asa seperti Laminah dalam menghadapi kesengsaraan hidupnya. Hingga akhirnya ketika sedang berlayar, ia jatuh pingsan dan tenggelam ke lautan. Jenazahnya tidak diketemukan dan menghilang di lautan.
- Syahbudin : penyayang, bijaksana
- Mansur : penyayang, penyabar, pekerja keras
- Laminah : penyayang, mudah stres
- Uncu Jepisah : baik hati, bijaksana, penyayang
- Madang : penyayang, keras kepala
- Datuk Halim : penyayang, ramah
- Seripah : penyayang, ramah, baik hati
- Sarmin : egois, pemalas
- Darwis : bermuka dua, egois, keras kepala
Alur : maju
Gaya bahasa : kata kiasan, Melayu
Amanat : Meskipun kehidupan kita dilanda banyak masalah, kita tetap harus bersabar dalam menjalani kehidupan.
Sinopsis :
Mansur yang baru berumur 8 tahun dan adiknya Laminah yang baru 7 tahun merupakan anak dari keluarga miskin. Di tengah kemiskinan itu, rumah mereka terbakar dan membuat keluarganya semakin jatuh miskin. Mereka pun pada akhirnya menjadi yatim piatu setelah Ibunya dan Ayahnya, Syahbudin, terserang penyakit mematikan ketika ia hendak mencari uang ke luar daerah.
Setelah kedua orang tuanya tiada, kini mulailah penderitaan kakak beradik itu. Pada awalnya, Mansur dan Laminah tinggal bersama keluarga Bibinya, Uncu Jepisah. Mula-mula perlakuan Jepisah dan suaminya, Madang, terhadap Mansur dan Laminah sangatlah baik. Namun suatu ketika, perlakuan Madangnya yang tak dapat menahan amarah membuat Mansur dan Laminah tak tahan lagi dan memilih keluar dari keluarga bibinya.
Mereka mulai mengembara ke Bangakahulu, dan bertemu dengan Datuk Halim dan istrinya, Seripah. Mereka merawat Mansur dan Laminah seperti layaknya yatim piatu. Karena merasa tak enak hati, Mansur dan Laminah mencari kerja dan mereka pun diterima di toko roti. Tetapi tak lama setelah memulai kerjanya, seorang lelaki kuli kontrak, Sarmin, hendak mengganggu Laminah hingga mereka tak tahan lagi dan keluar dari pekerjaan tersebut.
Setelah keluar dari toko roti, Mansur dan Laminah bekerja pada keluarga orang Jepang. Namun ternyata nasib keduanya tidak baik lagi. Mansyur difitnah mencuri uang milik majikannya itu, sehingga Mansur ditahan di penjara, dan tinggallah Laminah seorang diri. Ia begitu terpukul atas kejadian tersebut.
Laminah hanya dapat merenung setiap hari, hingga pada suatu malam datanglah Darwis, temannya dulu sewaktu bekerja di toko roti, yang ternyata datang hanya untuk menyakitinya. Laminah berlari dari kejarannya hingga ke tepi pelabuhan. Tak tahan dengan segala penderitaan yang dirasakannya, Laminah pun menceburkan diri ke Laut Bangkahulu.
Tak lama setelah kejadian itu, Mansur akhirnya dikeluarkan dari penjara karena dinyatakan tidak bersalah. Kabar mengenai kematian adiknya pun terdengar olehnya. Sekarang Mansur hanya hidup sendiri setelah ditinggal mati Ibu, Ayah dan Adiknya. Ia tetap berusaha bersabar menjalani hidupnya, dan memilih untuk merantau sebagai anak buah kapal.
Lama-kelamaan, Mansyur pun juga merasa putus asa seperti Laminah dalam menghadapi kesengsaraan hidupnya. Hingga akhirnya ketika sedang berlayar, ia jatuh pingsan dan tenggelam ke lautan. Jenazahnya tidak diketemukan dan menghilang di lautan.
Posting Komentar untuk "PR Bahasa Indonesia Analisis Novel Putus Dirundung Malang"
Posting Komentar