Sistem-sistem Diatesis Menurut Tipologi Bahasa
Arti Diatesis menenurut KBBI adalah kategori gramatikal yang menunjukkan hubungan antara partisipan atau subjek dengan perbuatan yang dinyatakan oleh verba;
Penjelasan singkat :
diatesis aktif: (Linguistik) bentuk gramatikal dari sebuah verba, dan/atau klausa, subjek gramatikalnya merupakan pelaku;
diatesis medial: (Linguistik) diatesis yang menunjukkan pelaku berbuat untuk dirinya sendiri;
diatesis pasif: (Linguistik) diatesis yang menunjukkan bahwa subjek adalah tujuan dari perbuatan, msl ia bercukur;
diatesis resiprokal: (Linguistik) diatesis yang menunjukkan subjek pluralis bertindak berbalasan atau subjek singularis bertindak berbalasan dengan komplemen, msl mereka berpukul-pukulan atau ia berpukul-pukulan dengan temannya
Sistem-sistem Diatesis Menurut Tipologi Bahasa
A. Sistem diatesis dalam tipologi akusatif: pasif
Biasanya menjangkau diatesis aktif dan pasif, diatesis aktiflah yang kanonik dan biasanya bervalensi dua. Pasif dibentuk dengan mengubah objek menjadi subjek klausa pasif. Subjek klausa aktif dalam pemasifannya ada tiga kemungkinan:
a. konstituen ajentif wajib hadir dalam klausa pasif
b. konstituen ajentif hadir secara opsional dalam klausa pasif artinya dapat hadir dapat juga tidak
c. konstituen ajentif tidak dapat hadir dalam klausa pasif
B.Sistem diatesis dalam tipologi akusatif: diatesis medial.
Dalam bahasa-bahasa Indo-Eropa yang bertipologi akusatif, pernah ada sistem dua diatesis: aktif dan medial. Bahasa Yunani Kuno masih memiliki tiga diatesis: aktif, pasif dan medial—tetapi pasif hanya untuk kala tertentu dan modus tertentu (misalnya, kala ”aorist”—semacam kala preterit—futur, dan futur anterior memiliki pasif sendiri-sendiri, tetapi hanya untuk modus indikatif dan optatif, tidak untuk subjungtif), dan untuk kala dan modus lainnya dipakai medial. Sepanjang sejarah bahasa-bahasa Indo-Eropa, medial mulai hilang dan diganti oleh dua diatesis yang lain: pasif dan kontrukstif refleksif.
C. Sistem diatesis dalam tipologi akusatif: ”medio-pasif”
Kontruksi refleksif menurut bentuknya tidak termasuk sistem diatesis. Misalnya, Ia membunuh diri bukan pasif dari sudut morfologi. Di pihak lain, kontruksi refleksif tidak seluruhnya sejenis dengan kontruksi aktif, karena tidak dapat dipasifkan. Misalnya, meskipun verba membunuh itu sendiri memang transitif kontruksinya tidak dapat dipasifkan: *dirinya dibunuhnya. Sama halnya dengan bahasa Inggris: He killed himself secara morfemis adalah bentuk “aktif”, tetap tidak dapat dipasifkan: *Himself was killed by him(self).
D. Sistem diatesis dalam tipologi akusatif: ”aktif” sebagai pasif
Disamping kontruksi refleksif sebagai pasif ”semantis” ada juga bahasa yang mempergunakan verba transitif sebagai ”pasif”, tanpa pemarkahan apa-apa. Bahasa Indonesia mempunya beberapa verba yang demikian, misalnya lupa, yang dapat berarti ’melupakan’ tetapi juga ’dilupakan’ atau ’kelupaan’; namun verba seperti itu agak sedikit jumlahnya.
Bahasa Inggris mempergunakan banyak verba transitif dalam arti ”pasif”, seperti dapat dilihat pada contoh berikut:
– The paint sprays on evenly (*by anyone).
ART:DEF cat semprot di:atas rata-rata oleh siapa:pun
’Mudahlah cat itu disemprot pada permukaan rata-rata.’
Contoh ini mengandung makna kemungkinan sesuatu hal dibuat. Keterangan ajentif tidak mungkin hadir. Subjek dipengaruhi oleh tindakan yang diartikan oleh verba, tetapi tidak sampai habis, tidak seluruhnya (karena itulah *The answer knows easily, atau *Indonesian acquires easily tidak merupakan kalimat gramatikal).
E. Sistem akusatif: pasif impersonal
Dalam pasif ”personal” ada penyesuaian antara Subjek dan verba pasif itu.
Dalam pasif ”impersonal” bentuk verbal adalah persona ketiga tunggal. Bahasa-bahasa yang memiliki bentuk pasif dapat digolong-golongkan menurut kemungkinan adanya atau tidak adanya pasif impersonal, sebagai berikut:
1. Bahasa memiliki pasif impersonal hanya untuk verba intransitif tertentu, yaitu:
(a) hanya untuk verba intransitif penindak saja;
(b) untuk verba intransitif pengalam hanya bila ada Argumen (+Insani).
2. Bahasa yang bentuk pasifnya hanya berupa impersonal saja, baik untuk verba intransitif maupun verba transitif.
3. Bahasa yang tidak memiliki pasif impersonal samasekali.
F. Sistem akusatif: pasifimpersonal verba intransitif
Pasif impersonal mungkin dengan verba intransitif tetapi tidak dengan verba transitif.
G. Sistem akusatif: pasif impersonal verba transitif dan intransitif
Pasif personal adalah pasif dengan Subjek (dari verba pasif) dan dengan penyasuaian antara bentuk verbal dan Subjektif tersebut; sebaiknya, pasif impersonal selalu berpesona ketiga dan berjumlah tunggal, bahkan dalam konstruksi transitif. Salah satu bahasa yang menunjukkan pasif impersonal untuk semua verba, termasuk verba transitif, adalah bahasa Ute, salah satu bahasa rumpun Uto-Aztekan di Amerika Serikat. Dalam bahasa ini tidak pernah ada konstituen ajentif dalam klausa pasif.
H. Sistem akusatif: bahasa tanpa pasif impersonal
Contoh bahasa yang memiliki hanya pasif personal, dan tidak memiliki pasif impersonal adalah bahasa Inggris. Tidak mungkin adanya klausa seperti *There was sung beautifully, atau *There was slept a great deal. Ciri sintaksis yang khas dari bahasa ini mungkin saja ada hubungannya dengan tiadanya pembedaan, secara sintaksis, antara verba intransitive penindak dan verba pengalam. Misalnya saja, kedua jenis verba intransitif itu menyeleksi verba bantu have untuk kala perfekta (I have sung—verba penindak—dan I have fallen—verba pengalam)
I. Sistem akusatif: pasif dan ”promosi” Argumen Objektif
Secara tradisional ada ”kaidah” pemasifan yang berbunyi begini: dalam pemasifan, Objek klausa aktif dijadika Sujek klausa pasif, dan tampak dalam kasus normatif. Misalnya, Objek akusatif him dalam klausa aktif The police found him menjadi nominative he dalam pasif He was found by the police. Dewasa ini kaidah tersebut dirumuskan kembali oleh para penganut :”Tatabahasa Relasional” dengan mengatakan bahwa, dalam penafsiran, Objek akusatif klausa aktif “dipromosikan” menjadi Sujek nominative.
J. Sistem akusatif: pemasifan verba bervalensi tiga
Dalam bahasa Belanda, Objel Benetaktif klausa aktif tidak dapat dijadikan Subjek klausa pasif, hanya Objek Pasien saja yang dapat ”dipromosikan”. Sebalikanya, dalam bahasa Inggris, baik Objek Pasien maupun Objek Benefaktif yang terdapat dalam klausa aktif dapat ”dipromosikan”—tetapi tidaklah kedua-duanya: pendek kata, tak ada ”Subjek rangkap”.
K. Sistem diatesis dalam tipologi ergatif
Sistem diatesis dalam tipologi ergatif biasanya menjangkau diatesis ergatif dan diatesis antipasif; diatesis ergatiflah yang merupakan diatesis ”kanonik”. Antipasif dibentuk dengan ”pengawatransitifan” verba (biasanya dengan afiks, yang namanya ”afiks antipasif”), dan bervalensi dua atau (bila ketransitifannya amat rendah) satu. Tidak ada ”promosi” apa-apa, dan susuan Argumen tetap sama.
Dalam diatesis ergatif, Subjek ajentif bermarkah dengan kasus ajentif (yang namanya kasus ”ergatif”) atau dengan perujukan silang pada verba yang berupa afiks ajentif (atau ”ergatif” juga namanya)—atau dengan kedua-duanya. Kasus Objek adalah kasus absolutif dan tidak bermarkah; verba sering diberi pemarkahan perujukan silang absolutif (dan tidak untuk ergatif). Dalam konstruksi ergatif, kedua Argumen adalah wajib, dalam konstruksi antipasif, objek (yang obliknya itu) dapat dilesapkan.
L. Sistem diatesis tipologi ergatif: pasif
Di antara bahasa-bahasa yang bertipologi ergatif, keergatifannya bersifat bauran, yaitu suatu refleksif dengan makna pasif.
Contoh dalam bahasa Indonesia ada klausa pasif (bentuk verbanya dicetak tebal).
Inilah buku yang saya beli, bukan bulu yang kamu beli.
Para mahasiswa diharapkan lapor pada sekretaris jurusan.
Rumah itu tidak dapat dijual.
Dalam contoh (a) pasifnya disertai oleh proklitika ajentif (saya dan kamu) dan konstituen ajentif berupa frasal dalam contoh (c), sedangkan pada (c) tidak ada konstituen ajentif sama sekali. Diatesis dalam ketiga contoh itu adalah pasif.
Posting Komentar untuk "Sistem-sistem Diatesis Menurut Tipologi Bahasa"
Posting Komentar